HEY I'M MISS YOU NOW...
I'M MISS YOU :'(
WISH YOU WERE HERE RIGHT NOW PLEASE.....
I NEED YOU... I NEED SOMEBODY FOR WIPED AWAY MY TEARS :'(
Thursday, May 3, 2012
PEREMPUAN YANG DICINTAI SUAMIKU
Kehidupan pernikahan
kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun menjelang pernikahan selalu
terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih
menuruti apa mauku. Kami tidak pernah bertengkar h...ebat, kalau marah
dia cenderung diam dan pergi kekantornya bekerja sampai subuh, baru
pulang kerumah, mandi, kemudian ...mengantar anak kami sekolah.
Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia
workaholic. Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan
saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu
pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak
romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan
sayang. Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton
berdua, bahkan makan berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami
makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu
kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu
dengan sendok garpu. Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran
dikamar, atau main dengan anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas.
Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa
lepas. Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun
pernikahan kami. Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu
suamiku tergolek sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering
jajan di kantornya, dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan
harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya.. Pada
saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia
memperkenalkan diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.
Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah
melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya
bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara,
seakan2 waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang
ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan
mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia
bercerita. Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka
kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang
punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada
pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja
di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan
untuk perusahaan tempatnya bekerja. Aku mulai mengingat-ingat 5 bulan
lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario , setiap mau pergi
kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku
lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa
lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan komputernya. Atau
termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan
yang membingungkan. Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario
sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi
beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku
suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya, "Hai
Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ? tidak mau makan
juga? uhh… dasar anak nakal, sini piringnya, " lalu dia terus mengajak
Mario bercerita sambil menyuapi Mario , tiba2 saja sepiring nasi itu
sudah habis ditangannya. Dan….aku tidak pernah melihat tatapan penuh
cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah
seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !
Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya
membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih
sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan
anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan
masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit
ketika dia tidak pulang kerumah saat ulang tahun perka wina n kami
kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu
komputernya dibanding aku. Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap
melihat perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba2,
membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia
mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang
bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2. Aku tidak pernah bertanya,
apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? karena tanpa
bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya. Suatu sore,
mendung begitu menyelimuti jakarta , aku tidak pernah menyangka,
hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian. Anak sulungku, seorang
anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan
cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email
Papa nya, dan memanggilku, " Mama, mau lihat surat papa buat tante
Meisha ?" Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,
= = = = = = Dear Meisha, Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang
mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta
seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang
mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku. Ketika aku
menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya.
Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada
perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya.
Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik2 terjadi
saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup
mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk
mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku
menikahinya. Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta
untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti
pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari
pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah
minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku
rasakan. Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah
menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang
komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah
mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa
mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh
mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku,
yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi
kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in
my heart. yours, Mario = = = = = = Mataku terasa panas. Jelita, anak
sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah
malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku. Suamiku tidak
pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai
perempuan lain. Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis
surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop,
dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.
Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan
tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan
motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena
aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas
dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya
menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku
sudah menikah semua. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku
menjadi istrinya. Betapa tidak berharganya aku.. Tidakkah dia tahu,
bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang
dari suaminya ? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak
mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu lebih aku hargai
daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku..
Betapa malangnya nasibku. Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap
merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus
didalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia
dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku
juga, karena aku akan selalu mencintainya. .................... Setahun
kemudian ..................... Meisha membuka amplop surat2 itu dengan
air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih
dipenuhi bunga. "Mario, suamiku…. Aku tidak pernah menyangka pertemuan
kita saat aku pertama kali bekerja dikantormu, akan membawaku pada
cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak
dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan.
Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya.. Aku
sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku.
Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti
keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak
pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga
mau melakukan apa saja untukku….. Ternyata aku keliru…. aku
menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku
membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku
tahu sebenarnya menyukai Mario . Aku melihat matamu begitu terluka,
ketika berkata, "kenapa, Rima ? Kenapa kamu mesti cemburu ? dia sudah
menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku ?" Aku tidak
perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya. Sekarang aku
menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku.
Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita
yang sempurna yang engkau inginkan. Istrimu, Rima" Di surat yang lain,
"………Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi
sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak
pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat
cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat
memandang Meisha……" Disurat yang kesekian, "…….Aku bersumpah, akan
membuatmu jatuh cinta padaku. Aku telah berubah, Mario . Engkau lihat
kan, aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi suka membanting2
barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu
kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau
menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu
tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk
menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika
engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku
menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit
saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu
bermasalah……. Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu,
aku akan tetap berusaha dan menantinya…….." Meisha menghapus air mata
yang terus mengalir dari kedua mata indahnya… dipeluknya Jelita yang
tersedu-sedu disampingnya. Disurat terakhir, pagi ini… "…………..Hari ini
adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau
tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena
hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku
belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup,
karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai
motor. Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar
kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti
baju supaya tidak sakit. Tahukah engkau suamiku, Selama hampir 15 tahun
aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah,
baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah
tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?………" Jelita menatap Meisha, dan
bercerita, "Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku
melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya
kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama
seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2
kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya
diseberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat
dari tikungan dengan kecepatan tinggi…… aku tidak sanggup melihatnya
terlontar, Tante….. aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak
lagi bergerak……" Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik
ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia
sangat dewasa. Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi
pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin
Rima membacanya. Dear Meisha, Selama setahun ini aku mulai merasakan
Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu berusaha menyenangkan
hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan,
aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku baru menyadari betapa
beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar…. Inikah tanda2
aku mulai mencintainya ? Aku terus berusaha mencintainya seperti yang
engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise
untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak
lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi
karena dia belahan jiwaku…. Meisha menatap Mario yang tampak semakin
ringkih, yang masih terduduk disamping nisan Rima. Diwajahnya tampak
duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario . 'Kadang kita baru
menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi
meninggalkan kita..'
Subscribe to:
Posts (Atom)